- ≪장애인인식개선신문≫ [칼럼]딥페이크 사이버범죄 장애인,노인 사회적약자 보호에 관심 필요
- 딥페이크 성범죄 피해 도움 요청을 위한 안내 홍보물.(제공=디지털성범죄피해자지원센터) ©장애인인식개선신문 경
Perhatian diperlukan untuk perlindungan penyandang disabilitas, lansia, dan kelompok rentan dari kejahatan siber deepfake
Kejahatan Siber Deepfake, Perlindungan Penyandang Disabilitas, Lansia, dan Kelompok Rentan Lainnya Perlu Diperhatikan
Korban Kejahatan Siber dan Deepfake: Situasi dan Solusi Penanggulangannya
1. Situasi Korban Deepfake
Dalam beberapa tahun terakhir, kejahatan siber yang memanfaatkan teknologi deepfake meningkat pesat.
Menurut statistik Kepolisian Korea, kejahatan terkait deepfake meningkat 30% pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, dan mencakup sekitar 8,6% dari total kejadian kejahatan siber. Yang mengkhawatirkan, tidak hanya masyarakat umum, tetapi juga figur publik, selebriti, dan penyandang disabilitas menjadi sasaran, sehingga menjadi masalah sosial yang serius.
Berdasarkan analisis data kejahatan siber yang tersedia di portal data publik, jumlah kejahatan terkait deepfake sepanjang tahun 2022 adalah sebagai berikut: △Kejahatan keuangan siber (penipuan melalui messenger): 24.067 kasus △Kejahatan keuangan siber (lainnya): 2.884 kasus △Pelanggaran informasi lokasi pribadi: 2.421 kasus △Pelanggaran hak cipta siber: 1.218 kasus △Kejahatan lain yang memanfaatkan jaringan informasi dan komunikasi: 3.259 kasus △Pornografi siber (pornografi umum): 1.366 kasus △Pornografi siber (pornografi anak): 2.384 kasus △Pornografi siber (penyebaran gambar/video ilegal): 2.232 kasus △Judi siber (toto olahraga): 4.291 kasus △Judi siber (pacuan kuda, pacuan motor, balap perahu motor): 1.709 kasus △Judi siber (kasino): 3.193 kasus △Judi siber (lainnya): 3.884 kasus △ Pencemaran nama baik siber (penghinaan): 22.042 kasus
△Pelecehan siber: 7.687 kasus △Konten ilegal lainnya: 1.769 kasus, dan lain sebagainya.
2. Korban Penyandang Disabilitas dan Non-Disabilitas
Kejahatan deepfake sangat memengaruhi penyandang disabilitas. Kejahatan deepfake yang menargetkan penyandang disabilitas mencakup sekitar 15% dari total kasus, menunjukkan kerentanan sosial yang lebih tinggi pada kelompok ini. Penyandang disabilitas mengalami penderitaan mental yang lebih besar akibat kejahatan ini, dan seringkali kehilangan kepercayaan sosial.
Korban non-disabilitas juga mengalami kerugian serius akibat kejahatan deepfake. Mereka mengalami kerusakan citra dan reputasi, yang berdampak besar pada kehidupan pribadi dan profesional mereka.
3. Kerugian Sosial
Kerugian sosial akibat kejahatan deepfake sangat besar. Berdasarkan data dan asumsi yang telah disebutkan, dengan biaya rata-rata yang dialami korban sekitar 11 juta won, dan dengan asumsi 1.000 kasus kejahatan deepfake terjadi setiap tahun, total kerugian mencapai sekitar 11 triliun won. Ini menimbulkan beban ekonomi yang besar bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan.
4. Kegiatan Pencegahan dan Dukungan Korban
Upaya berikut diperlukan untuk mencegah kejahatan deepfake dan mendukung para korbannya:
△Penguatan pendidikan pencegahan: Perlu perluasan program yang meningkatkan kesadaran tentang bahaya kejahatan deepfake dan metode pencegahannya. Khususnya, perlu dikembangkan program pendidikan khusus untuk penyandang disabilitas guna mencegah kerugian yang lebih besar.
△Penguatan hukuman hukum: Perlu penguatan hukuman terhadap kejahatan deepfake untuk meningkatkan efektivitas pencegahan kejahatan. Khususnya, kejahatan yang menargetkan penyandang disabilitas perlu dikenakan hukuman yang lebih berat.
△Penguatan dukungan korban: Perlu dibangun sistem yang mampu memberikan dukungan yang cepat dan efektif kepada para korban. Pusat dukungan korban kejahatan seksual digital perlu ditingkatkan, dengan penempatan konselor profesional dan ahli hukum untuk membantu korban memahami dan mengakses prosedur hukum dengan mudah.
3. Kasus Kerugian Komprehensif Penyandang Disabilitas dan Non-Disabilitas serta Masalahnya
Kejahatan deepfake dapat merugikan semua orang, tetapi penyandang disabilitas memiliki kerentanan yang lebih tinggi. Kejahatan deepfake yang menargetkan penyandang disabilitas mencakup sekitar 15% dari total kasus, menunjukkan bahwa kelompok ini mengalami isolasi sosial yang lebih besar. Korban non-disabilitas juga mengalami penderitaan yang besar akibat kejahatan deepfake, yang berdampak signifikan pada kehidupan pribadi dan profesional mereka.
4. Anggaran Negara untuk Mendukung Pencegahan Kerugian Konten Digital: Gambaran dan Hasilnya
Pada tahun 2023, pemerintah Korea mengalokasikan sekitar 50 miliar won untuk mencegah kejahatan deepfake. Anggaran ini digunakan untuk berbagai bidang, termasuk program pendidikan pencegahan, penguatan hukuman hukum, penguatan sistem dukungan korban, dan penelitian pengembangan solusi teknis. Hasilnya, melalui pendidikan pencegahan, banyak orang menyadari bahaya kejahatan deepfake, dan penguatan hukuman hukum serta pembangunan infrastruktur telah menciptakan sistem yang memungkinkan penindakan dan hukuman kejahatan deepfake dengan cepat.
5. Kasus Kerugian Nyata Deepfake dan Arah Kebijakan Pemerintah untuk Perlindungan Kelompok Rentan
Kejahatan deepfake sangat merugikan kelompok rentan. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan arah kebijakan sebagai berikut:
△Penguatan pendidikan pencegahan: Program pendidikan tentang bahaya dan metode pencegahan kejahatan deepfake diperluas, dengan pendidikan khusus untuk remaja dan penyandang disabilitas.
△Penguatan hukuman hukum: Hukuman hukum terhadap kejahatan deepfake diperketat untuk meningkatkan efektivitas pencegahan. Hukuman yang lebih berat dikenakan pada kejahatan yang menargetkan penyandang disabilitas.
△Penguatan sistem dukungan korban: Pusat dukungan korban diperluas dan dilengkapi dengan konselor profesional serta ahli hukum agar korban dapat menerima dukungan dengan cepat.
△Penelitian dan pengembangan solusi teknis: Penelitian untuk pengembangan teknologi deteksi dan pencegahan deepfake terus didukung.
Hingga saat ini, masih kurangnya analisis big data yang akurat dan sistematis mengenai jumlah kejadian dan dampak insiden deepfake yang menargetkan penyandang disabilitas. Alasannya adalah sebagai berikut:
Kesulitan pengumpulan data: Deepfake sering kali dibuat dan disebar secara rahasia, sehingga sulit untuk mengetahui jumlah kejadian yang tepat. Khususnya, penyandang disabilitas sebagai korban mungkin enggan melapor, atau bahkan jika mereka melapor, ada kemungkinan kasusnya diremehkan atau disembunyikan.
Definisi yang kabur: Definisi deepfake tidak jelas, dan perkembangan teknologi yang cepat menyebabkan munculnya berbagai jenis deepfake baru. Ini menyulitkan penetapan cakupan analisis data dan penentuan ukuran kerugian yang akurat.
△Kekurangan tenaga ahli: Kurangnya tenaga ahli dan anggaran untuk analisis teknologi deepfake menghambat penelitian yang sistematis.
Potensi Dampaknya
Meskipun data statistiknya terbatas, insiden deepfake yang menargetkan penyandang disabilitas dapat menimbulkan dampak serius sebagai berikut:
Penderitaan mental yang serius: Penyebaran video deepfake dapat menyebabkan rasa malu dan penderitaan mental yang hebat pada korban, dan dapat menyebabkan pilihan ekstrem seperti bunuh diri.
△Isolasi sosial: Kerugian akibat deepfake dapat merusak kepercayaan diri dan menghancurkan hubungan sosial, yang menyebabkan isolasi korban.
△Penyebaran kejahatan seksual digital: Teknologi deepfake memperburuk kejahatan seksual digital, dan penyandang disabilitas khususnya dapat mengalami kerugian yang lebih besar karena ciri fisik atau kerentanan sosial mereka.
△Penguatan prasangka terhadap penyandang disabilitas: Video deepfake dapat memperkuat persepsi negatif terhadap penyandang disabilitas dan memperburuk diskriminasi sosial.
Langkah ke Depan
Untuk menyadari keseriusan insiden deepfake yang menargetkan penyandang disabilitas dan untuk mengembangkan solusi penanggulangan yang sistematis, upaya berikut diperlukan:
△Pembangunan sistem pengumpulan dan analisis data: Pemerintah, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil harus bekerja sama untuk membangun sistem pengumpulan dan analisis data terkait deepfake.
△Pengembangan tenaga ahli: Perlu dikembangkan tenaga ahli yang terkait dengan analisis teknologi deepfake, dan perlu diciptakan lingkungan di mana mereka dapat beroperasi.
△Perbaikan hukum dan kelembagaan: Hukum terkait deepfake perlu diperkuat, dan sistem dukungan korban perlu dibangun.
△Kampanye peningkatan kesadaran: Perlu dilakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang keseriusan deepfake dan meningkatkan dukungan sosial bagi para korban.
△Pengembangan teknologi: Pengembangan teknologi deteksi dan penghilangan video deepfake perlu didukung, dan perlu dipromosikan komersialisasi teknologi terkait.
Komentar0