NEWS FDN (다큐)

Melalui FAS (Fortune Analysis System), Ramalan Feng Shui, Ramalan Tahun Baru Imlek, Tarot, Zodiak, dan Tafsir Mimpi

  • Bahasa Penulisan: Bahasa Korea
  • Negara Standar: Semua Negaracountry-flag
  • Lainnya

Dibuat: 2024-06-08

Dibuat: 2024-06-08 20:09


https://bts80000.tistory.com Tempat Pemusnahan Dokumen Sujaryangcheon

https://bts80000.tistory.com Tempat Pemusnahan Dokumen Sujaryangcheon

Teknologi Kecerdasan Buatan (AI) telah diterapkan di berbagai bidang kehidupan kita, dan bidang ramalan pun tidak terkecuali. Di masa lalu, untuk mengetahui ramalan, kita harus mengunjungi kafe ramalan atau dukun. Namun sekarang, kita dapat dengan mudah mengecek ramalan melalui internet, telepon, dan aplikasi mobile. Khususnya sejak tahun 2022, aplikasi ramalan berbasis AI mulai bermunculan, memanfaatkan data yang sangat banyak dan teknologi deep learning untuk memberikan informasi ramalan yang lebih akurat dan personal.

Contohnya adalah aplikasi 'Jamsin' dan 'Posteller'. Aplikasi 'Jamsin' memanfaatkan teknologi deep learning AI untuk menganalisis data ramalan dalam jumlah besar dan memberikan ramalan individual, sedangkan aplikasi 'Posteller' menggunakan 'FAS (Fortune Analysis System)' yang dikembangkan sendiri untuk memberikan berbagai konten ramalan seperti ramalan berdasarkan shio, Tojeongbigyeol, tarot, zodiak, dan tafsir mimpi.

Para ilmuwan juga berupaya keras dalam penelitian prediksi takdir menggunakan model AI. Tim gabungan dari Universitas Teknik Denmark dan Universitas Kopenhagen mengembangkan model AI bernama 'Life2vec'. Model ini diklaim mampu memprediksi sisa usia, kepribadian, dan bahkan perilaku seseorang di masa depan berdasarkan data masa lalunya. Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal 'Nature Computational Science' dan menjadi perbincangan hangat. Namun, prediksi takdir dengan menggunakan model AI juga menimbulkan dilema etika.

Apakah AI benar-benar dapat memprediksi takdir manusia dengan akurat? Jika model AI salah dalam memprediksi masa depan seseorang, hal itu justru dapat menimbulkan kecemasan dan stres. Selain itu, fakta bahwa model AI mempelajari dan menganalisis informasi pribadi seseorang juga memunculkan kekhawatiran akan pelanggaran privasi.

Oleh karena itu, teknologi prediksi takdir menggunakan model AI harus ditangani dengan hati-hati. Para ilmuwan perlu menetapkan standar etika dan menjelaskan dengan jelas akurasi dan keterbatasan model AI. Selain itu, individu juga harus menyadari bahwa hasil prediksi model AI hanya sebagai referensi, dan mereka sendirilah yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka dan harus terus melangkah maju.

Teknologi AI menawarkan banyak potensi bagi kehidupan kita, tetapi di sisi lain juga menimbulkan masalah etika. Teknologi prediksi takdir menggunakan model AI pun tidak terkecuali. Para ilmuwan dan masyarakat harus bekerja sama untuk menggunakan teknologi AI dengan benar dan mengarahkan kehidupan manusia ke arah yang lebih baik.
Teknologi Kecerdasan Buatan (AI) semakin menyatu dalam berbagai aspek kehidupan kita, dan bidang ramalan pun tidak terkecuali. Secara historis, orang-orang harus mengunjungi tempat ramalan atau berkonsultasi langsung dengan peramal. Namun saat ini, kita dapat mengakses ramalan dengan lebih mudah melalui internet, layanan telepon, dan aplikasi mobile. Sejak tahun 2022, telah muncul aplikasi ramalan berbasis AI yang memanfaatkan kumpulan data yang besar dan teknologi deep learning untuk memberikan wawasan ramalan yang lebih canggih dan personal.

Contohnya adalah aplikasi 'Jamsin' dan 'Posteller'. Aplikasi 'Jamsin' menggunakan teknologi deep learning AI untuk menganalisis sejumlah besar data dan memberikan ramalan khusus untuk setiap individu. Demikian pula, aplikasi 'Posteller' menggunakan 'FAS (Fortune Analysis System)' yang dikembangkan sendiri untuk menyediakan berbagai konten ramalan seperti Tojeongbigyeol, ramalan tarot, ramalan umum, dan tafsir mimpi.

Para ilmuwan juga terus mendorong penelitian prediksi takdir dengan memanfaatkan model AI. Tim gabungan dari Institut Teknologi Denmark dan Universitas Kopenhagen telah mengembangkan model AI yang disebut 'Life2vec'. Model ini mengklaim dapat memprediksi sisa usia, karakteristik kepribadian, dan perilaku masa depan seseorang berdasarkan data masa lalunya. Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal 'Nature Computational Science' dan menarik banyak perhatian.

Namun, penerapan AI dalam prediksi takdir menimbulkan dilema etika yang serius. Salah satu kekhawatiran utama adalah apakah AI benar-benar dapat memprediksi takdir manusia dengan akurat dan jujur. Prediksi yang salah dari model AI dapat menyebabkan individu mengalami kecemasan dan stres yang berlebihan. Terlebih lagi, proses ini melibatkan analisis informasi pribadi, sehingga memunculkan kekhawatiran akan pelanggaran privasi yang signifikan.

Mengingat kekhawatiran ini, penting untuk mendekati teknologi prediksi takdir dengan memanfaatkan model AI secara hati-hati. Para ilmuwan harus menetapkan standar etika dan menyampaikan secara transparan akurasi dan keterbatasan model AI tersebut. Selain itu, individu harus bertanggung jawab atas kehidupan mereka sendiri dan menggunakan prediksi AI sebagai referensi, bukan sebagai pedoman mutlak.

Teknologi AI menawarkan banyak potensi untuk meningkatkan kehidupan kita, tetapi juga menimbulkan masalah etika yang tidak boleh diabaikan. Prediksi takdir menggunakan model AI merupakan contoh tantangan ini. Penting bagi para ilmuwan dan masyarakat untuk bekerja sama agar teknologi AI dapat digunakan secara bertanggung jawab dan berkontribusi positif bagi kehidupan umat manusia.

Pertimbangan Etis dan Arah Pengembangan ke Depan

Akurasi dan Keterbatasan
-Model AI perlu diverifikasi secara ketat untuk memastikan akurasinya
-Komunikasi yang jelas mengenai keterbatasan model tersebut sangat penting

Perlindungan Privasi dan Keamanan Data
-Diperlukan langkah-langkah yang kuat untuk melindungi privasi pribadi
-Transparansi dalam penggunaan data dan persetujuan sangat penting

Dampak Psikologis
-Mekanisme untuk mendukung individu yang mungkin mengalami dampak negatif akibat prediksi AI harus tersedia
-Pedoman etika harus mengatasi dampak psikologis dari prediksi yang salah

Kerangka Regulasi
-Pengembangan peraturan yang komprehensif untuk mengatur penggunaan AI di bidang-bidang sensitif seperti prediksi takdir.
-Peraturan-peraturan ini harus terus ditinjau dan diterapkan seiring dengan perkembangan teknologi

Kesimpulannya, AI memiliki potensi untuk mengubah berbagai aspek kehidupan, termasuk prediksi takdir, tetapi diperlukan pertimbangan etika yang cermat dan penggunaan yang bertanggung jawab untuk menghindari potensi kerugian. Para ilmuwan, pembuat kebijakan, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini secara efektif.

kowsc.org/news/articleView.html?idxno=11954


Komentar0